Temuan Baru, Babi dan Manusia Punya Kemiripan Khusus

Babi di kandang mereka di sebuah peternakan di pinggiran Chengdu di provinsi Sichuan barat daya China 02 Agustus 2005. China telah memerintahkan pemerintah daerah di seluruh negeri untuk memperketat pengawasan pasar babi dan peternakan babi untuk mencegah penyakit babi mematikan yang diidentifikasi sebagai bakteri streptococcus suis yang sejauh ini telah menewaskan 38 orang di provinsi itu agar tidak menyebar lebih jauh, kata media pemerintah. (File Foto - credit should read PETER PARKS/AFP via Getty Images)

Pada awal 2022, dokter bedah jantung Bartley P. Griffith kedatangan pasien laki-laki berusia 57 tahun. Diagnosis pasien bernama David Bennet itu cukup parah: jantungnya sering berhenti, sekalipun berdetak iramanya tidak stabil.

Seperti pasien pada umumnya, David pun takut mati. Beragam pengobatan sudah dilakukan, tetapi hasilnya nihil. Kepada Griffith, pria yang berprofesi tukang servis itu punya satu permintaan sama: ingin sembuh total, apapun caranya.

Kebetulan, Griffith sedang melakukan riset xenotranplantasi (transplantasi organ hewan ke manusia). Selama lima tahun terakhir, dia sudah berhasil memotong jantung babi yang sudah dimodifikasi genetik dan menjahitnya ke babon sebagai percobaan. Total ada 50 percobaan dan hasilnya 50:50, alias ada yang berhasil dan tidak.

Tuntutan David itu membuat Griffith punya ide cemerlang dan nekat.

“Inilah saatnya melakukan transplantasi organ babi ke manusia,” tutur Griffith kepada The Guardian.

Ya, dia benar-benar melakukan transplantasi organ babi pertama sepanjang sejarah. Jumat, 7 Januari 2022, dia serius melakukan pembedahan selama tujuh jam non-stop. Jantung David yang tak sehat dipotong, lalu disambung dengan jantung babi sehat ke dalam tubuhnya.

Ini adalah keputusan yang penuh resiko. Apabila berhasil, maka pasien bisa hidup. Jika gagal, maka tubuh pasien akan menolak jantung babi itu dan menimbulkan sakit lebih parah hingga meninggal.

Menjelang malam, operasi selesai dan berjalan lancar. David dinyatakan masih hidup. Tidak ada penolakan dari tubuh terhadap jantung babi.

“Keberhasilan operasi ini menghadirkan opsi bagi dunia kesehatan akan terbukanya pasokan organ yang melimpah untuk mengobati manusia sakit karena kerusakan organ,” ujar dokter dari University of Maryland School of Medicine.

Sayang, David hanya mampu bertahan hidup sampai 2 bulan. Dokter menyebut penyebabnya bukan karena kegagalan jantung melainkan akibat virus.

Meski begitu, banyak saintis menandakan peristiwa ini sebagai titik balik dunia kesehatan ihwal jalan baru transplantasi organ menggunakan babi.

Perlu diketahui, manusia dan babi punya persamaan khusus, yakni organ-organnya. Peneliti Carl G. Groth dalam “The potential advantages of transplanting organs from pig to man: A transplant Surgeon’s view” (2007) menyebut organ babi secara anatomi mirip dengan organ manusia.

Sebagai contoh jantung. Jantung babi memiliki kesamaan struktur, ukuran, dan fungsi seperti manusia. Jantung babi punya dua serambi dan dua bilik. Sedangkan, jantung manusia punya empat katup dan satu aorta.

Kesamaan ini memungkinkan darah mengalir melalui jantung babi dengan cara yang sama mengalir melalui jantung manusia. Atas dasar ini pula banyak para peneliti memanfaatkan jantung babi sebagai praktik memahami jantung manusia. Berkat ini pula, peneliti sudah sukses mengganti katup jantung manusia dengan katup jantung babi yang mampu bertahan hidup selama 17 tahun.

Tak hanya itu, organ lain seperti kornea, ginjal, kulit, dan kandung kemih juga bisa digunakan oleh manusia. Mengutip Science Magazine, di AS, misalkan, sudah banyak penelitian yang menunjukkan keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia. Bahkan di Cina, sebagaimana diwartakan SCMP transplantasi kornea menggunakan kornea babi sudah lazim dilakukan secara massal.

Dari segi etik, Carl G. Groth menyebut bahwa hal ini tidak menjadi masalah. Sebab, berbeda dengan primata babi adalah hewan konsumsi, sehingga beberapa organ yang sekiranya tidak berguna bisa digunakan untuk transplantasi. Asalkan, babi tersebut sudah melalui proses rekayasa genetik agar tidak ditolak secara biologis oleh tubuh manusia.

Kesamaan anatomi organ manusia dengan babi menjadi solusi atas kerusakan organ manusia. Transplantasi organ manusia sesungguhnya memakan waktu lama karena tingginya permintaan tidak sebanding dengan ketersediaan organ.

Dalam kasus di AS, misalkan, TIME menyebut 8.000 orang di AS meninggal setiap tahunnya saat menunggu organ. Maka, menggunakan organ babi, niscaya waktu tunggu transplantasi organ yang membludak akan lebih singkat.

“Uji klinis transplantasi organ dari babi ke manusia dapat terjadi dalam waktu dua tahun, yang akan membantu mengatasi kekurangan organ yang membuat lebih dari 110.000 orang dalam daftar transplantasi setiap tahun,” tulis George Church, peneliti genetika Harvard Medical School kepada TIME.

Keberhasilan manusia mengembangkan riset transplantasi babi selama lebih kurang 30 tahun dan menghasilkan kesimpulan ada kesamaan khusus manusia dan babi, membuat Australian Academy of Science punya anekdot menarik: “Jika Anda diledek “mirip babi” barangkali ini bukan hinaan biasa, sebab memang ada sejumlah kesamaan antara manusia dan babi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*