Mengintip Janggal Sirekap untuk Suara Caleg dan Partai di Dapil Neraka

Perhitungan suara calon legislatif di sejumlah dapil yang diunggah di Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik KPU, masih berantakan.

Jakarta, CNN Indonesia — Perhitungan suara calon legislatif (caleg) di sejumlah dapil ‘neraka’ yang diunggah di Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU), diduga tak memiliki kesesuaian.
Total suara yang didapat caleg diduga tidak sesuai dengan total suara yang diterima partai politik (parpol).

Dugaan kekacauan data itu sedikitnya ditemui di lima dapil neraka seperti Jakarta II, Jakarta III, Jawa Timur I, dan Jawa Barat I.

Dapil Jakarta II misalnya, KPU telah mengunggah 5.417 dari 9.844 TPS (55,03%) per 20 Februari 2024 pukul 13.00 WIB. Total suara partai yang didapat PKB 24.459. Sementara itu, jumlah suara sah parpol dan caleg berjumlah 71.313.

Namun ketika CNN Indonesia melakukan penjumlahan perolehan suara di partai itu, jumlah tersebut tidak sesuai dengan total suara yang yang ditampilkan dalam website KPU.

Dari parpol itu, Menaker Ida Fauziyah mendapat 25.712 suara. Ardy Susanto 6.482, Abdul Rauf 4.418 suara dan Nur Alamin 2.509 suara sehingga mencapai 53.740 suara dan terdapat selisih lebih kecil 17.573 suara dibandingkan dengan angka yang ditotal oleh Sirekap.

Lalu, Rafif Muhammad Rozqullah 9.153 suara, Rizki Feronika 1.084 dan Andik Kuswanto 4.382. Dengan demikian total perolehan suara caleg dari PKB 53.740 suara. Angka ini lebih kecil dari total suara parpol dan caleg yang tertulis di Sirekap.

Hal serupa juga terjadi di beberapa parpol lain. PDIP misalnya, dalam Sirekap ditulis total suara parpol dan caleg 148.714. Namun, berdasarkan perhitungan CNN Indonesia dari perolehan setiap caleg, total perolehan suara caleg dari parpol tersebut hanya 105.472.

Rinciannya, Eriko Sotarduga mendapat 19.178, Once Mekel 23.710, Reginia V 10.006, Prasetyo 12.970, Ronny Talapessy 17.880, Nurul Arifin 3.181 dan Masinton 18.547 suara.

Kemudian di Dapil Jakarta III, salah satunya dapat dilihat dari data perolehan suara PSI. Dalam Sirekap, jumlah suara parpol dan caleg yang didapat PSI yaitu 61.165. Sementara berdasarkan hitungan manual dari total suara masing-masing caleg, partai tersebut mendapat 49.171.

Detail dari perolehan tiap caleg: Grace Natalie 38.094 suara, Cheryl Anelia 5.410, Harijanto 2.354, Anthony Winza 2.196, Yusup Siahaan 411, Yuliana 247, Pintarman 131, Agus 328 suara.

Di Dapil Jawa Timur I, Sirekap mencatat jumlah suara sah parpol dan caleg Gerindra yaitu 193.606. Namun, jika dilihat dari masing-masing perolehan tiap caleg, totalnya 126.456 suara.

Rinciannya, Bambang Haryo 75.058, Dhani Ahmad 42.841, Kenasti 4.318, Rahmat Muhajirin 23.318, Sugeng Ribowo 4.726, Dwi Septahany 4.264, Ninik 4.401, Saleh Alhasni 4.695, Sri Prihatiningsih 3.302, Refi Avio 2.374.

Begitu pula di Dapil Jawa Barat I. Salah satunya terlihat di data perolehan suara Partai Golkar. Sirekap mencatat jumlah suara parpol dan caleg 130.345. Namun, jika dilihat dari masing-masing perolehan tiap caleg, totalnya 113.470 suara.

Berikut rinciannya: Nurul Arifin 22.658 suara, Muhammad Surya 3.050, Heidy Mulyadi 1.654, Atalia Praratya 82.964, Ahmad Fitri 998, Euis 1.080 dan Asep Sapsudin 1.066.

Penghitungan suara oleh KPU sudah dilakukan sejak Rabu (14/2). KPU menghimpun data perolehan suara dari semua TPS di seluruh Indonesia lewat aplikasi Sirekap.

Meski begitu, terdapat sejumlah kejanggalan Sirekap Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 lantaran ada perbedaan antara jumlah perolehan total suara partai dengan jumlah akumulasi suara yang didapatkan tiap-tiap caleg. KPU mengklaim akan mengoreksi perbedaan data tersebut.

Hasil suara resmi yang akan ditetapkan oleh KPU adalah penghitungan suara manual yang dilakukan secara bertingkat dari kecamatan, kabupaten/kota hingga ke nasional.

Seharusnya sama
Peneliti Perludem Kahfi Adlan Hafiz mengatakan jumlah suara yang didapat oleh partai politik seharusnya sama dengan akumulasi perolehan suara seluruh caleg yang daftar.

Meskipun Sirekap hanya alat bantu, Kahfi berpendapat sistem tersebut tetap harus berjalan baik. Data Sirekap, menurut Kahfi, berguna sebagai data pembanding dari penghitungan suara berjenjang di tingkat nasional.

Pernghitungan suara merupakan penghitungan formulir C-Hasil dari setiap TPS yang dihitung dari tingkat kabupaten/kota hingga nasional. Data ini yang dijadikan rujukan untuk menentukan perolehan suara Pemilu 2024.

“Tentu hasil pemilu akan ditentukan setelah rekapitulasi bertahap sampai nasional. Tapi hitungan di sirekap ini sebetulnya jadi alat pembantu utk publik dalam menjaga suara,” kata Kahfi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (20/2).

Di sisi lain, Kahfi juga khawatir ketidak sesuaian data di Sirekap ini dijadikan celah untuk menggelembungkan suara. Apalagi, total suara yang terinput di Sirekap lebih tinggi dari perolehan setiap caleg jika diakumulasikan.

(yla/isn)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*