Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy N Mandey mengatakan, masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah saat ini tengah menahan belanja. Namun, kata dia, hal itu bukan karena pelemahan daya beli.
Kondisi ini berbalik dengan sebelumnya, di mana pengusaha mal mengungkapkan adanya penurunan belanja sekitar 30% pada kuartal akhir tahun lalu. Akibat tertahannya belanja kelompok orang kaya di Indonesia, yang lebih menghabiskan uangnya untuk berpelesiran.
Roy mengatakan, dengan kondisi saat ini, seharusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia 5-5,1% bisa tercapai tahun ini. Apalagi, minat berbelanja masyarakat sudah kembali.
“Terbukti, DPK, Dana Pihak Ketiga kita yang waktu pandemi sekitar 13-14% sekarang sudah sekitar 8%. Artinya orang tarik uang untuk spending lifestyle, belanja, leisure, wisata. Tapi, itu untuk orang menengah ke atas,” kata Roy kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (8/5/2023).
“Kalau untuk orang Indonesia menengah ke bawah, bukan hilang daya beli ya, tapi sekarang mereka cenderung menahan belanja. Melihat situasi dan kondisi global. Mereka lebih ke saving (menabung), berjaga-jaga,” katanya.
Karena itu, dia meminta pemerintah mulai mempertimbangkan setiap pernyataan yang akan dilontarkan terkait kondisi yang ada. Dengan begitu, kata dia, tidak memicu sentimen yang membuat masyarakat takut membelanjakan uangnya.
Kondisi itu, kata dia, membuat perekonomian Indonesia bertumbuh tapi tak bisa sekencang yang seharusnya.
“Bukan berarti berita-berita miris itu dihilangkan ya, tapi jangan berlebihan. Kalau bisa, porsinya hanya 20-25% dibandingkan pernyataan soal kemajuan ekonomi kita itu 80% porsinya. Seperti surplus neraca perdagangan kita. Ke mana surplusnya itu. Jadi, penting menjaga keseimbangan literasi untuk mengedukasi masyarakat,” tukas Roy.