Hasil keputusan rapat FOMC pada Kamis (4/5/2023), sesuai dengan ekspektasi The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5% – 5,25%.
Ini menandai kenaikan suku bunga The Fed selama 10 bulan berturut-turut dan menjadi yang tertinggi sejak 2007.
Keputusan ini dilakukan the Fed sebagai langkah menjinakkan inflasi yang tinggi di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan sektor perbankan yang bergejolak.
Suku bunga acuan yang tinggi menjadi satu tantangan prospek ekonomi AS yang potensi mengalami resesi tahun ini. Secara kuartalan, perlambatan ekonomi sudah mulai terlihat dari GDP AS per kuartal 1-2023 yang melemah ke 1,1% dibandingkan kuartal IV-2022 di 2,6%.
Dari sisi pasar tenaga kerja walaupun masih ketat, tetapi sudah mulai ada pelemahan terlihat dari data Job Openings atau jumlah lowongan kerja yang tersedia turun ke 9,59 juta pada Maret 2023, lebih dalam dari ekspektasi market yang proyeksi turun ke 9,77 juta dibandingkan bulan sebelumnya di 9,97 juta.
Selain itu, pembicaraan tentang plafon utang AS oleh Yellen yang mendesak pemerintah AS bergerak cepat untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang membuat kecemasan pelaku pasar akan terjadinya resesi semakin dekat karena risiko default atau gagal bayar meningkat.
“Estimasi terbaik kami adalah kami tidak akan dapat terus memenuhi semua kewajiban pemerintah pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni, jika Kongres tidak menaikkan atau menangguhkan batas utang sebelum waktu tersebut,” kata Yellen dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Ketua Kongres Kevin McCarthy dan pemimpin lainnya seperti dikutip dari AFP, Selasa (2/5/2023).
Tanda resesi juga semakin terlihat dari kurva imbal hasil obligasi AS (Treasury) yang terbalik, di mana spread yield US Treasury 2 tahun dan 10 tahun sudah berada di posisi -0,47. Ini mengindikasikan ada aksi jual yang masif pada obligasi tenor jangka pendek karena imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan tenor jangka panjang. Kondisi seperti ini menjadi tanda pesimisme akan pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka pendek.
Tekanan resesi AS bisa mengimplikasi perekonomian secara global karena prospek demand barang dan jasa bisa potensi turun. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangkan the Fed di pertemuan mendatang supaya tidak terlalu agresif menaikkan suku bunga walaupun inflasi masih tinggi.
Pejabat the Fed Dallas, Robert Kaplan juga senada dalam menghadapi tekanan resesi di tengah tingginya inflasi, diperlukan “hawkish pause” atau suku bunga perlu ditahan selama beberapa periode karena krisis bank saat ini masih dalam tahap awal yang mungkin bisa memburuk jika the Fed masih melanjutkan kebijakan yang agresif.