Perang Rusia dan Ukraina memakan korban baru. Kali ini perusahaan minyak milik negara (BUMN) di negara Eropa.
CEO Polandia Orlen, Daniel Obajtek, mengatakan sanksi Uni Eropa atas minyak mentah Rusia telah menimbulkan kerugian ekonomi perusahaan plat merah itu hingga US$ 27 juta atau setara Rp 400 miliar per hari. Hal ini dikarenakan harga minyak yang meningkat.
Dalam wawancara dengan Financial Times, Obajtek menyebutkan selisih harga antara minyak Rusia dengan alternatifnya mencapai US$ 30 (Rp 441 ribu) per barrel. Walau begitu, ia masih terus akan mendorong sanksi terhadap komoditas asal Moskow.
“Saya tidak akan menyebutnya kerugian. Itu sebagai konsekuensi dari tidak mendukung Rusia,” paparnya dikutip Al Mayadeen, Senin (8/5/2023).
Objatek mengakui Orlen masih membeli minyak asal Rusia yang dipasok melalui pipa Druzhba yang memompa minyak dari kilang Litvinov di Republik Ceko. Jalur itu sendiri belum dikenai sanksi oleh Uni Eropa.
“Penggantian lengkap minyak Rusia membutuhkan perbaikan logistik pasokan minyak, yang sedang kami kerjakan dengan pemerintah Ceko,” tambahnya.
Polandia baru berhenti mengimpor minyak Rusia ke kilang domestiknya pada bulan Februari. Ini dilakukan setelah Orlen menyelesaikan kewajiban kontraktualnya dengan perusahaan Rusia Tatneft.
“Rusia tidak menjual minyak dan gas alam tetapi masih memperdagangkan produk petrokimia di Eropa. Ini menghasilkan margin tidak hanya pada hidrokarbon tetapi juga pada pemrosesan. Belum lagi pupuk dan produk lainnya,” pungkas Objatek lagi.
Uni Eropa, bersama Amerika Serikat (AS), Australia, dan lainnya, setuju untuk menerapkan embargo minyak mentah Rusia pada Desember 2022, dengan memberlakukan batas atas harga US$ 60 per barel pada minyak Rusia. Hal ini dilakukan untuk menghambat mesin pembiayaan Rusia yang digunakan untuk perang.
Meski begitu, manuver ini kemudian memicu kenaikan harga energi secara global. Di beberapa negara Eropa, inflasi bahkan sempat menembus angka 10%.