Kisah Mak Piyah, Cari Nafkah Serabutan dan Rawat Suami Lumpuh

Lapangnya hati mak Piyah, mengais nafkah dari serabutan dan rawat suami lumpuh. (Dok. berbuatbaik.id)

Bakti istri kepada suami menjadi salah satu bukti hadirnya kasih sayang dalam rumah tangga di saat susah maupun senang. Cerminan ini yang terlihat pada pasangan lansia Kakek Tahrim dan Mak Piyah yang tinggal di Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Tak ada kata menyerah dan meninggalkan bagi Mak Piyah dalam merawat Kakek Tahrim yang sakit keras. Meskipun sudah satu bulan ini dia bersusah payah mengurusi Kakek Tahrim yang sakit keras.

Bulan puasa lalu, Kakek Tahrim (74) jatuh saat pulang ke rumah selesai salat tarawih di masjid. Ini menyebabkan kondisi tubuhnya menurun hingga lemas dan tidak berjalan lagi. Oleh karena itu, hanya kepada istrinya, Kakek Tahrim bersandar. Sehari-hari Mak Piyah lah yang mengurus kebutuhan sehari-hari Kakek Tahrim, mulai dari makan hingga mandi.

Terkadang mak Piyah harus rajin memijat suaminya jika sekujur badan terasa nyeri. Mak Piyah menduga sakitnya bukan hanya lantaran jatuh kemarin, tetapi Kakek Tahrim sebenarnya pernah terjatuh karena longsor.

“Menolong Mang Adang mengeluarkan perabot dari rumahnya, barang-barangnya dipanggul. Tidak lama setelah itu, terjadi longsor lagi lebih parah sampai rumahnya rata dengan tanah. Terkena kayu reruntuhan bangunan, mengenai punggung dan pinggang saya,” cerita Kakek Tahrim.

Pasangan lansia ini sesungguhnya mempunyai anak yang tinggal terpisah. Anak mereka pernah meminta untuk keduanya tinggal bersama namun Kakek Tahrim dan Mak Piyah memilih tinggal di rumah sederhana miliknya dengan alasan khawatir merepotkan.

Sebab, kondisi Kakek Tahrim sakit keras, maka sang istrilah yang harus menggantikan Kakek Tahrim mencari nafkah. Di usia yang sudah 66 tahun, Mak Piyah bekerja serabutan, seperti menyiangi padi dari gulma dan rumput liar. Untuk pekerjaan ini dia diupah Rp 30 ribu per hari. Di sela-sela pekerjaannya juga dia tetap harus memperhatikan kondisi Kakek Tahrim. Apalagi Kakek Tahrim kini sudah kesulitan duduk.

“Bagaimana ya, serba susah. Saya kerja sendirian. Meski hujan karena butuh terus dijalankan,” jelas Mak Piyah.

Selain bekerja serabutan, Mak Piyah pun tak segan menggantikan pekerjaan suaminya sebagai pembuat gula aren di rumah tetangga. Sebagai pembuat gila aren, dia tidak dibayar dengan uang tunai tetapi Mak Piyah bisa membawa pulang 1 kg gula sebagai upah.

Kakek Tahrim sebenarnya terdaftar sebagai peserta BPJS Mandiri dan sudah lama tidak sanggup membayar. Ingin mengurus kembali BPJS Kesehatan mereka namun lokasi rumah pasutri lansia ini jauh dari manapun dan terletak di tengah kebun.

“Berharap supaya selalu sehat, dilancarkan rejekinya. Ingin berdagang tapi gak mau meninggalkan bapak sudah tua,” tutup Mak Piyah.

Sahabat baik, pengorbanan Piyah menjadi bukti betapa besar rasa sayangnya kepada belahan hati, Kakek Tahrim hingga di masa tuanya pun dia rela mengurus suaminya yang sakit bahkan menggantikannya sebagai tulang punggung.

Kisah hidup Mak Piyah menjadi pembelajaran bagi kita semua dan alangkah bahagianya pasutri ini jika sahabat baik turut membantu mewujudkan keinginan mereka punya warung. Dengan demikian, tak perlu lagi Mak Piyah menginggalkan Kakek Tahrim seorang diri saat bekerja.

Mari sahabat baik bersama membantu Mak Piyah dengan Donasi sekarang juga. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.

Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.

Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*