Mayoritas saham emiten batu bara terpantau berjatuhan pada perdagangan sesi I Kamis (25/5/2023), di tengah kembali amblesnya harga batu bara acuan dunia.
Per pukul 09:24 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 16 saham terpantau melemah, dua saham cenderung stagnan, dan dua saham berhasil menguat.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) menjadi saham batu bara yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambruk 5,04% ke posisi Rp 660/saham.
Bahkan, saham raksasa batu bara juga terpantau ambruk, di mana saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) https://rtpnada4d.com/ menjadi saham raksasa batu bara yang paling parah koreksinya yakni mencapai 4,41% menjadi Rp 23.850/saham.
Sedangkan saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini yakni melonjak 1,87% menjadi Rp 5.450/saham.
Harga batu bara masih membentuk tren bearish hingga kemarin. Harga batu bara ambruk ke level terendahnya dalam 28 bulan terakhir.
Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup jeblok 6,98% di posisi US$ 150 per ton.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 6 Desember 2021 atau 28 bulan terakhir di mana pada saat itu harga batu bara tercatat US$ 144,6 per ton.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif pasir hitam yang juga anjlok pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah ambles 8,2%.
Harga batu bara ambles karena melemahnya permintaan, terutama dari Eropa.
S&P Global Commodity Insights melaporkan trader Eropa bahkan mulai ancang-ancang untuk mengobral batu bara kepada pembeli di kawasan Asia.
Permintaan yang rendah serta tingginya pasokan gas di Benua Biru membuat batu bara ditinggalkan. Padahal, kualitas pasir hitam bisa menurun jika ditumpuk dalam waktu yang lama.
Harga batu bara di Pelabuhan ARA dengan kalori 6000 kcal/kg NAR harganya dijual US$ 117 per ton kemarin, jauh lebih rendah dibandingkan pada awal tahun yakni US$185 per ton.
Kelebihan pasokan di Eropa diperkirakan mencapai 20 juta ton. Pasokan ini diharapkan berkurang dalam lima bulan ke depan sehingga harganya bisa kembali naik.
Pasokan batu bara di pelabuhan ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) kini mencapai 6 juta ton. Stok ini bisa menutupi kebutuhan batu bara pada pembangkit Jerman hingga 218 hari mendatang.
Salah satu penyebab menumpuknya batu bara adalah masih besarnya pasokan gas alam. Storage gas di Eropa kini berada di kisaran 60,31% dari kapasitas.
Namun, upaya trader di Eropa untuk mengobral batu bara ke pembeli Asia sepertinya akan kesulitan mengingat permintaan batu bara di Asia juga belum setinggi yang diharapkan. Cuaca Asia juga mulai bersahabat.
Pelaku pasar di Asia mengatakan mereka telah menerima tawaran dari Eropa, khususnya untuk batu bara berkalori tinggi.
“Trader Eropa dihadapkan pada pilihan mereka merugi atau kualitas batu bara akan terus menurun,” tutur salah satu pembeli di Asia. S&P menjelaskan tingginya produksi di India dan China membuat kedua negara memilih untuk tidak menggenjot impor.
Produksi batu bara mencapai 893,08 juta ton pada 2022/2023. Melonjak 22,6% dibandingkan lima tahun lalu. Produksi batu bara diproyeksi naik 1,012 miliar ton pada 2023/2024.
Produksi batu bara China naik 4,5% menjadi 380 juta ton pada April 2023.
Secara kumulatif, produksi batu bara China melonjak 4,8% pada Januari-April 2023 menjadi 1,53 miliar ton.