Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan memperkirakan situasi perekonomian negara maju pada 2023 tidak separah prediksi awal, yaitu Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan dan Eropa. Namun tetap harus diwaspadai.
“Untuk negara maju kayak AS, Jepang, Korea Selatan itu kemudian eropa meskipun ternyata tidak separah prediksi awal yaitu resesi dalam atau lama namun dia tetap melemah,” ungkapnya usai rapat KSSK, Senin (8/5/2023).
China, kata Sri Mulyani awalnya juga diharapkan bisa menjadi penyelamat perekonomian dunia. Akan tetapi, langkah pembukaan atas penguncian akibat pandemi covid-2019 pada akhir tahun lalu tidak memberikan dampak positif yang signifikan karena pelemahan ekonomi banyak negara lain
Salah satu alasan masih tingginya kewaspadaan adalah tingginya inflasi pada negara maju. “Inflasi negara maju meski turun masih di atas. Kemarin pak perry dan saya ke spring meeting semuanya tetap asessment dari bank sental mereka worry inflasi masih sangat tinggi,” jelasnya.
Tingginya inflasi akan mendorong ketidakpastian pada kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral.
“Artinya suku bunga tetap tinggi atau kalau sudah berakhir sampai ujung tetap bertahan sampai mereka bisa meyakinkan bahwa inflasi sudah mereda ini akan potensi makin lemah ekonomi global masih bertahan 1 dua kuartal ke depan,” papar Sri Mulyani.
Indonesia juga berpotensi terkena imbas, khususnya pada komponen ekspor dan impor serta pasar keuangan.
“Potensi perlambatan pertama kepada ekonomi kita pertama ekspor impor capital flow dipengaruhi suasana global kemudian rambatan terhadap sistem keuangan,” pungkasnya.