Jakarta, CNN Indonesia — Peringatan 17 Tahun Aksi Kamisan di seberang Istana Negara, Jakarta berlangsung di tengah guyuran hujan, Kamis (18/1). Payung-payung dibuka, massa bergeming dari tempatnya. Teriakan perlawanan menggema.
“Hidup korban,” kata orator.
“Jangan diam,” sahut massa.
Ratusan mahasiswa, elemen masyarakat sipil, aktivis, korban dan keluarga korban pelanggaran HAM berkumpul di Kamis petang itu. Mereka orasi bergantian hingga bernyanyi bersama.
Aksi Kamisan dimulai pada 18 Januari 2007. Aksi ini rutin digelar setiap Kamis untuk menuntut pemerintah menuntaskan sejumlah kasus pelanggaran HAM berat.
Kini, 17 tahun berlalu, sejumlah peserta aksi menitipkan pesan dan harapan. Salah satunya, Fajar (26). Pekerja swasta ini mengatakan Aksi Kamisan akan terus menjadi alarm buat penguasa, bahwa ada kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas.
“Kami akan setia menuntut negara atas pelanggaran HAM yang belum tuntas. Sampai kapan? Kita tidak pernah tahu, selama masih ada yang berdiri di depan Istana, pakai baju hitam dan payung, selama itu kami terus ada,” kata Fajar.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid berharap Aksi Kamisan punya dampak positif bagi penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat.
“Pelanggaran HAM berat masa lalu tidak bisa diputihkan, pelaku tidak bisa diberi amnesti. Tidak bisa dibebaskan hanya karena pernah diproses hukum, enggak kenal kedaluwarsa,” kata Usman.
Sementara itu, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Dimas Bagus Arya menekankan bahwa isu pelanggaran HAM berat bukan isu musiman setiap lima tahun.
Ia mengatakan hadirnya sejumlah elemen masyarakat di Aksi Kamisan menunjukkan aksi ini sebagai tempat monumental untuk demokrasi.
Lihat Juga :
Peringatan 17 Tahun Kamisan: Pelanggaran HAM Berat Bukan Isu 5 Tahunan
“Seharusnya memang aksi ini jadi salah satu titik tekan untuk bisa didengar pemerintah, siapapun dia. Ini semakin membuktikan kepada masyarakat dan politisi bahwa isu hak asasi manusia tidak lima tahun sekali,” kata Dimas.
“Setiap Kamis, setiap pekan, korban HAM dan sejumlah mahasiswa, elemen masyarakat setia menyuarakan isu hak asasi manusia,” imbuh dia.